Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (6/8) mengalami penurunan sebesar 16 poin atau 0,10%, dari Rp16.189 menjadi Rp16.205. Meskipun demikian, pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, optimis bahwa rupiah memiliki potensi untuk kembali menguat. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan AS di bulan September yang semakin besar.
Ariston menjelaskan bahwa pelaku pasar sedang memperhatikan kondisi ekonomi AS yang berpotensi mengalami perlambatan, terutama setelah data tenaga kerja AS menunjukkan angka di bawah ekspektasi pasar. Pada bulan Juli 2024, AS hanya mencatat penambahan 114 ribu lapangan kerja, jauh di bawah revisi ke bawah dari 179 ribu pada bulan Juni dan perkiraan sebesar 176 ribu. Angka tersebut juga merupakan level terendah dalam tiga bulan terakhir, di bawah rata-rata kenaikan bulanan sebesar 215 ribu selama 12 bulan sebelumnya.
Tingkat pengangguran di AS juga naik menjadi 4,3% pada bulan Juli 2024 dari 4,1% pada bulan sebelumnya, mencapai level tertinggi sejak Oktober 2021. Hal ini melebihi ekspektasi pasar yang sebelumnya memperkirakan tingkat pengangguran akan tetap stabil di 4,1%. Presiden Federal Reserve San Fransisco, Mary Daly, juga menyampaikan pandangannya bahwa terjadi perlambatan di pasar tenaga kerja AS dan inflasi AS mulai menurun.
Akibat dari kondisi tersebut, pelaku pasar mulai meningkatkan ekspektasi terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga di bulan September. Dari sebelumnya 25 basis poin, ekspektasi pemangkasan kini telah naik menjadi 50 basis poin. Dengan berbagai faktor tersebut, Ariston memprediksi bahwa pada perdagangan hari ini, rupiah memiliki potensi untuk menguat menuju kisaran Rp16.100 per dolar AS, dengan potensi resisten di Rp16.200 per dolar AS.
Dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, para pelaku pasar diharapkan dapat tetap waspada dan mengambil langkah-langkah yang bijaksana. Perubahan kondisi ekonomi global, terutama di AS, dapat berdampak signifikan terhadap nilai tukar mata uang lokal. Oleh karena itu, pemantauan terus menerus terhadap perkembangan ekonomi global menjadi sangat penting bagi para investor dan pelaku pasar uang.
Dengan adanya prediksi mengenai potensi penguatan rupiah, diharapkan para pelaku pasar dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk mengoptimalkan portofolio investasi mereka. Kondisi ekonomi yang dinamis dan beragam tentu memberikan tantangan tersendiri, namun juga membuka peluang bagi para investor yang cerdas dan terampil dalam mengambil keputusan.
Sebagai pelaku pasar uang, kebijaksanaan dan pemahaman mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang sangatlah penting. Dengan memperhatikan berbagai informasi dan analisis yang akurat, para investor dapat membuat keputusan yang tepat dan menguntungkan dalam mengelola investasi mereka. Semoga dengan adanya perkembangan positif ini, rupiah dapat terus menguat dan memberikan stabilitas bagi pasar keuangan Indonesia.