Menyusul melonjaknya penggunaan QRIS dalam transaksi, bank-bank di Indonesia mulai merasakan dampaknya. Transaksi melalui QRIS telah mengalami peningkatan yang signifikan, sedangkan penggunaan ATM mulai menurun. Data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa kinerja transaksi sistem pembayaran terus tumbuh kuat, dengan transaksi BI-RTGS saja meningkat sebesar 18,65% (year-over-year) pada April 2024, mencapai Rp13.112,22 triliun.
Peningkatan ini sebagian besar dipicu oleh penggunaan QRIS yang semakin populer di kalangan masyarakat. QRIS atau Quick Response Code Indonesian Standard telah menjadi metode pembayaran yang semakin diminati karena kemudahan dan kecepatannya. Dengan menggunakan ponsel pintar mereka, konsumen dapat melakukan pembayaran hanya dengan memindai kode QR yang tertera di tempat pembayaran. Hal ini mengurangi ketergantungan pada uang tunai maupun kartu kredit/debit.
Pertama, transaksi melalui digital banking terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Total nominal transaksi mencapai Rp5.340,92 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 19,08% (year-over-year). Ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin memilih untuk menggunakan layanan perbankan digital dalam melakukan transaksi keuangan mereka.
Kedua, penggunaan Uang Elektronik (UE) juga mengalami peningkatan yang cukup besar, mencapai Rp90,44 triliun dengan pertumbuhan sebesar 33,99% (year-over-year). Ini menandakan adopsi yang semakin luas terhadap metode pembayaran digital yang praktis dan aman.
Ketiga, transaksi menggunakan QRIS menjadi sorotan utama dengan pertumbuhan yang fenomenal. Nominal transaksi QRIS melonjak sebesar 194,06% (year-over-year), dengan jumlah pengguna mencapai 48,90 juta dan jumlah pedagang (merchant) mencapai 31,86 juta. Hal ini menunjukkan bahwa QRIS semakin menjadi pilihan utama dalam bertransaksi bagi masyarakat dan pedagang.
Namun, terdapat tren penurunan dalam penggunaan kartu ATM/D dalam pembayaran. Transaksi menggunakan kartu ATM/D mengalami penurunan sebesar 12,49% (year-over-year), mencapai Rp619,19 triliun. Sementara itu, penggunaan kartu kredit masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 11,67% (year-over-year), mencapai Rp34,39 triliun.
Terakhir, dari sisi pengelolaan uang Rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) mengalami kenaikan sebesar 2,64% (year-over-year), mencapai Rp1.058,23 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada pergeseran menuju pembayaran digital, uang tunai masih tetap memiliki peran penting dalam ekonomi domestik.
Sementara itu, tren penurunan penggunaan ATM mulai terlihat. Meskipun masih menjadi salah satu sarana utama untuk mengakses uang tunai, namun semakin banyak orang yang beralih ke metode pembayaran digital seperti QRIS. Hal ini mencerminkan perubahan perilaku konsumen yang semakin mengarah kepada kemudahan dan efisiensi dalam bertransaksi.
Bagi bank-bank, perubahan ini menuntut adaptasi agar tetap relevan dalam menghadapi perkembangan teknologi dan preferensi konsumen. Mereka perlu terus mengembangkan infrastruktur untuk mendukung pembayaran digital, serta meningkatkan keamanan dan kenyamanan dalam penggunaan layanan mereka. Meskipun ATM mulai tak laku, namun hal ini bisa menjadi kesempatan bagi bank untuk mengalihkan fokus mereka ke inovasi-inovasi baru dalam dunia pembayaran digital.