Kunjungan sebuah kapal selam bertenaga nuklir milik Rusia ke Havana, Kuba, pekan depan menimbulkan beragam spekulasi dan pertanyaan terkait implikasinya terhadap geopolitik global. Sementara pengumuman dari Kementerian Angkatan Bersenjata Revolusioner Kuba menegaskan bahwa kapal selam tersebut tidak akan membawa senjata nuklir, tetap saja, kehadiran kapal selam bertenaga nuklir di dekat wilayah Amerika Serikat (AS) memunculkan beberapa perhatian.
Sejarah hubungan antara Kuba dan Rusia telah lama terjalin, terutama sejak era Perang Dingin ketika Kuba menjadi negara klien penting bagi Uni Soviet. Kuba bahkan menjadi pusat perhatian dunia saat Krisis Rudal Kuba meletus pada tahun 1962, ketika Uni Soviet mendirikan situs rudal nuklir di pulau tersebut, yang hampir memicu perang dengan AS. Hubungan ini terus berlanjut hingga saat ini, dengan kunjungan Presiden Diaz-Canel ke Moskow pada tahun 2022, yang menandai semakin eratnya hubungan antara kedua negara.
Pada era kontemporer, kunjungan kapal selam bertenaga nuklir dan tiga kapal Angkatan Laut Rusia lainnya ke Havana memunculkan pertanyaan tentang tujuan sebenarnya dari kunjungan ini, terutama dalam konteks ketegangan geopolitik yang sedang terjadi. Dengan meningkatnya ketegangan antara Rusia dan AS sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, serta dukungan AS yang kuat terhadap Ukraina, kehadiran militer Rusia di dekat wilayah AS menjadi sorotan.
Meskipun pemerintah Kuba menegaskan bahwa kunjungan ini sejalan dengan sejarah hubungan persahabatan antara Kuba dan Rusia dan tidak membawa ancaman bagi kawasan, AS tetap memantau aktivitas tersebut dengan cermat. Hal ini mencerminkan ketegangan yang terus meningkat antara dua kekuatan besar dunia, di mana setiap langkah militer dapat diinterpretasikan sebagai pesan politik atau strategis.
Penting untuk dicatat bahwa kehadiran kapal selam bertenaga nuklir Rusia di perairan internasional memunculkan pertanyaan tentang keamanan nuklir dan perlunya kerjasama internasional dalam mengawasi dan mengatur aktivitas nuklir. Meskipun Kementerian Luar Negeri Kuba menegaskan bahwa tidak ada senjata nuklir yang dibawa oleh kapal-kapal Rusia, kekhawatiran tentang keamanan dan kontrol senjata nuklir tetap relevan.
Secara keseluruhan, kunjungan kapal selam bertenaga nuklir Rusia ke Havana memunculkan beragam pertanyaan dan spekulasi tentang implikasi geopolitiknya, sementara meningkatnya ketegangan antara Rusia dan AS terus memperkuat perhatian terhadap setiap langkah militer yang diambil oleh kedua negara.